BULELENG - Mengingat kejadian yang bisa dibilang dapat mencoreng pariwisata di Bali, dalam melayani seorang tamu yang menginap di hotel kelas bintang 5 di Bali.
Kejadian jatuhnya Sebastian Chiti di Anantara Seminyak Bali Resort, yang dikarenakan lapuknya tangga hotel belum mendapatkan titik temu yang baik.
Baca berita sebelumnya, klik link.
1. Tangga Tua Hotel Memakan Korban
2. Dinas Pariwisata Bali Terima Laporan
Mengutip salah satu media yang dilontarkan oleh pihak Anantara,
Padahal, ia menyebut sejumlah upaya mediasi telah dilakukan. Ia juga menyesalkan insiden tersebut karena dapat mengganggu citra pariwisata Bali.
"Kami dari pihak Anantara meminta pemberitaan yang obyektif karena kami ingin menjaga citra pariwisata Bali. Nanti setelah putusan, pasti akan kami informasikan, " imbuhnya.
"Tempatnya itu tertutup dan itu jarang dimanfaatkan karena khusus urgent atau staff only. Tapi pengawasan sudah dilakukan, " ujarnya.
Pernyataan itu sungguh disayangkan oleh pihak kuasa hukum Sebastian Chiti, Hezkiel Paat menyangkal bahwa tidak pernah terjadi mediasi dari awal sampai saat ini dengan pihaknya.
" Tidak pernah terjadi mediasi, kapan dan dimana, sama siapa. Ini tentu mengada - ngada, sejak awal klien kami selaku korban bukannya ada upaya pendampingan ke rumah sakit malah disodorkan billing pembayaran hotel, " sergahnya, Selasa (06/06/2023).
Ia juga menekankan bahwa dalam menjaga citra pariwisata adalah melayani tamu yang sebaik-baiknya dengan menyediakan asuransi yang memadai.
"Tentu kelas bintang 5 bukanlah hotel sembarang, harusnya ada pertanggungan asuransi bila terjadi apa - apa didalam wilayah hotel "
Menjawab khusus urgent staff only dan adanya pengawasan tentu tidak akan membuat celaka kliennya.
" Bila adanya upaya perbaikan dan pengawasan pastilah ada tanda - tanda larangan khusus "
" Ini klien kami yang mendapatkan musibah, itu artinya staff gak papa gitu? Itu tentu alasan pembenaran semata, " ujar Kiel menanyakan kembali pernyataan tersebut.
Menemui IGK Kresna Budi selaku Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bali, yang juga membidangi Pariwisata ini menyebutkan sebaiknya tidak ada upaya mengaburkan permasalahan ini.
" Kalo sampai hal jelek ditutup - tutupi kita tidak ada perubahan yang lebih baik dalam pelayanan. Sekecil apapun seperti Diare saja itu mempengaruhi citra Bali, " ungkap Kresna Budi.
Ia mencontohkan seperti anjing kita menggigit orang, tentu pertanggungjawaban ada pada kita.
" Ajak ke rumah sakit, paling tidak ada kompensasi. Jangan hanya ambil sewanya saja, tamu yang masuk ke hotel menjadi tanggung jawab hotel, yang kecebur kolam saja 'life guard'-nya harus ada, " sentilnya.
" Saya kalo ke Bali aman loh, Saya di asuransikan loh, pemerintah Bali peduli loh, kalo mau berbicara pariwisata yang berkualitas ya harus bisa menciptakan suasana seperti itu. Mereka berani kok bayar lebih mahal, " ujarnya.
" Kalo kita serampangan tidak menjaga jiwa mereka tentu mereka akan menolak ke Bali, pelayanan harus ditingkatkan mau kok mereka bayar lebih "
Ia juga menekankan bahwa pihak Anantara harus bisa bertanggung jawab kepada korban, tentu bila ini tidak dapat penanganan yang baik akan mendapatkan pandangan yang tidak baik bagi Bali.
Menambahkan adanya pemberitaan yang buruk justru harus melakukan counter yang baik, ini merupakan cara tanggap yang membuat pariwisata berkualitas.
" Kejadian seperti ini lumrah, tetapi bagaimana sikap dan tanggung jawab kita terhadap wisatawan, itu baru menuju pariwisata yang berkualitas, " pungkas Kresna Budi. (Ray)